next

Slide 3D

Segmen Pasar


Menyebut Pekalongan-Tegal-Pemalang yang terbersit dibenak pastinya adalah kota-kota di pesisir utara pulau Jawa. Jika Pekalongan tenar dengan batiknya yang berdesain khas, Tegal dengan kulinernya tidak demikian dengan Pemalang. Daerah yang disebut terakhir ini lebih diakrabi sebagai daerah persinggahan dalam perjalanan panjang dari arah barat sebelum sampai di ibukota propinsi Jawa Tengah yaitu Semarang.
Padahal pada masa sebelum abad XVII Pemalang merupakan daerah yang lebih penting dibandingkan dengan Tegal, Pekalongan dan Semarang. Daerah ini dipimpin oleh raja yang kemudian setelah dikalahkan oleh penguasa Belanda semua kota tersebut disatukan dalam satu karesidenan yakni Karesidenan Pekalongan yang mencakup Pekalongan, Pemalang, Brebes, Batang dan Tegal.
Dengan lokasinya yang berada lebih kebarat daripada Pekalongan dari arah Semarang, membuat perkembangan ekonomi kota ini memang tidak sesemarak Pekalongan. Namun bukan berarti bisnis propertinya terutama perumahan tidak tumbuh. Serupa dengan pengembangan di kota-kota kecil lain, pembangunan perumahannya tidak terkonsep dengan baik, sehingga terkesan apa adanya.

Selain tidak terkonsep lokasinya pun jauh dari pusat keramaian dan hanya perumahan yang lokasinya strategis saja yang cepat terjual. Padahal potensi pembelinya sangat besar. Selain dari pegawai swasta dan pegawai negeri sipil juga para pengusaha. Di Tegal banyak pengusaha besi, sementara di Pekalongan banyak pengusaha batik. Mereka selama ini banyak membeli rumah di Semarang karena produk propertinya jauh lebih bagus dibandingkan yang ada di wilayah eks-Karesidenan Pekalongan.


Peluang ini ditangkap oleh Harjanto Prawiro, pengusaha sukses setempat. Melalui PT Walet Propertindo Lestari Harjanto membangun perumahan Grand Comal Residence di Kecamatan Comal Pemalang. Berbeda dengan proyek perumahan yang banyak dibangun di wilayah tersebut Grand Comal Residence yang berluas 13 ha itu dikembangkan dengan sistem cluster dengan one gate system. Lingkungannya ditata dengan banyak taman dan ruang terbuka hijau. Jaringan listrik dan telepon ditanam di bawah tanah. Jalannya dibuat lebar dengan row 7 – 9 meter. Fasilitasnya pun mirip yang disediakan perumahan yang banyak dikembangkan di kota-kota besar antara lain sport club seluas 2.000 m2 yang didalamnya terdapat kolam renang, lapangan basket 3 on 3, fitness dan taman bermain anak-anak. "Disini juga akan ada water park mini," ujar pengusaha sarang burung walet itu.

Lokasinya berdampingan dengan pasar Comal yang berjarak 500 meter saja dari jalur pantura, sehingga transportasinya bisa dikatakan terlayani selama 24 jam. Juga dekat dengan stasiun kereta api dan terminal. Pembangunan Grand Comal Residence yang menelan investasi Rp 300 miliar ini akan dilakukan dalam dua tahap. Untuk tahap pertama akan dikembangkan seluas 6,5 hektar yang akan merangkum 354 unit. Ada dua tipe yang sedang dipasarkan yakni yang berukuran 36/72 sebanyak 70 unit dan 25 unit tipe 45/98. Selain itu juga 29 unit ruko Emerald Arcade yang setinggi 2 lantai. Harga perdana rumahnya dimulai dari harga Rp 150-an juta sementara rukonya dari harga Rp 500 juta.

Dengan konsepnya yang baru, Harjanto menyatakan bahwa segmen pasar yang disasarnya adalah masyarakat kelas menengah keatas. Jika dilihat dari profesinya adalah para pengusaha seperti pengusaha konveksi, batik, ricemill dan tebu. Dan mereka tentunya tidak saja yang sudah berdomisi atau berbisnis di wilayah Comal saja namun juga dari daerah sekitar. "Apalagi posisi Comal strategis di antara Pekalongan dan Pemalang. Penduduk di kota-kota itu selama ini memilih berinvestasi emas dan deposito, sehingga peluang pengembangan properti untuk dijadikan investasi sangat besar,"tandasnya. Karena itu Harjanto yakin jika perumahan yang dipasarkan akan laris diburu pembeli.

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More